LOGIN

Login Form

Avatar
Remember me
Forgot password?

Senin, 31 Mei 2010

Neurotik

Apakah Neurotik?

Jakarta, Kompas — “Belakangan ini orang sering mendengar tentang besarnya peningkatan jumlah penderita gangguan keseimbangan mental. Kemudian begitu banyak tayangan layar perak yang menyuguhkan cerita tentang beragai karakter manusia yang aneh atau menunjukkan gejala neurotik, misalnya. Sebenarnya siapakah orang-orang yang termasuk orang neurotik itu?” tenya teman lama saat saya masih duduk di bangku SLTA dan sudah sekitar 20 tahun tidak jumpa.

Jawab saya, “Kita semua sebenarnya menderita sedikit gejala neurotik. Neurosis berarti suatu reaksi mental dan sistem syaraf terhadap penyakit fisik atau kejadian yang tidak menyenangkan.”

“Contoh konkretnya apa?” lanjut teman itu.
“Apakah pernah merasa sakit di bagian dada?”
“Pernah.”
“Apa yang anda lakukan selanjutnya?”
“Mulanya agak cemas dengan gejala itu, tetapi setelah beberapa saat saya melupakannya. Saat harus malakukan cek kesehatan rutin, saya bertanya kepada dokter dan dokter mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
“Wah, kamu orang normal (sehat mental) karena tidak terpengaruh oleh gejala itu,” jawab saya.

Normal

Orang yang sehat mental adalah orang yang relatif bebas dari keluhan fisik dan mampu bersikap toleran terhadap ketidaknyamanan kondisi fisik sesaat dengan cara yang baik. Artinya, orang normal bebas dari gangguan mental dan konflik psikis, dapat melaksanakan pekerjaan tanpa banyak mengeluh.

Ia juga mampu beradaptasi secara intelektual terhadap perubahan situasi dimana ia berada. Bila menderita penyakit sekalipun, ia tidak akan membuat dirinya menjadi korban pengembangan imajinasi berlebihan tentang efek lanjut dari gejala fisik yang ia rasakan sesaat tersebut karena yankin apa yang terjadi pada fisik akan berpengaruh terhadap aspek psikis. Reaksi psikis terhadap penyakitnya dilakukan dengan cara relatif lebih matang.

Reaksi psikis orang neurotrik terhadap gejala fisik yang sama akan ditandai dengan berbagai pikiran negatif yang membuat dirinya diliputi kecemasan berlanjut tentang kemungkinan mendapat serangan jantung serius di kemudian hari.

Ketakutan dan kecemasan intens yang ia kembangkan dalam imajinasinya justru menrangsang kerja kelenjar keringat dan membuat dirinya sering berkeringat dingin. Roman muka pun menjadi pucat, memicu napas tersengal serta rasa sesak di dada karena sirkulasi udara dalam tubuh terganggu yang disebabkan tekanan gas terhadap jantung.

Orang neurotik akan segera menghubungi dokter, namun walaupun setiap dokter yang dikunjungi mengatakan jantungnya baik, ia tak akan pernah percaya.

“Aneh juga yan pergi ke beberapa dokter tetapi tidak kunjuung percaya pada diagnosa dokter. Padahal orang itu punya latar belakang pendidikan cukup tinggi,” demikian ungkap teman saya. Sebagai orang normal memang sulit memahami perilaku orang neurotik.

Awal Neurotik

Orang neurotik adalah orang sakit layaknya penderita pneumonia, misalnya. Orang neurotik banyak mengeluh sehingga lama-lama ia terkesan seperti menikmati keluhannya serta menarik perhatian lingkungan melalui keluhannya tersebut.
Ia mencari simpati, perhatian, dan sangat sensitif, seolah kembali ke perilaku kekanakan. Ia gunakan keluhannya sebagai alibi kegagalannya.

Sebenarnya awal neurotisme bermuara dari masa kanak-pkanak. Ia biasanya melalui masa kanak-kanaknya dengan konflik dan ketidak bahagiaan atau sangat dimanja orangtua.

Karakter respons verbalnya ditamdai dengan sikap: “Ya ….., tetapi …..”, karena pada dasarnya ia punya kebiasaan “dimaafkan” dari segala kekeliruan.

Ada beberapa tipe neurotisme:
a) Neurostenia, muncul sebagai efek kelelahan mental yang berkembang menjadi keluhan sakit-sakit yang tidak jelas lokasinya.
b) Histeria, ditandai dengan kondisi ketidakstabilan emosi. Konflik mentalnya diekspresikan melalui gejala fisik tertentu yang berpengaruh terhadap fungsi tubuh secara menyeluruh. Misalnya, perempuan yang tidak berbahagia dalam perkawinannya akan mengungkapkan kepada suami, ia menderita sakit pada tulang belakang. Dalam pada itu, terjadi konversi konflik mental yang muncul dalam bentuk keluhan pada bagian fisik tertentu yang bila diteliti secara medis keluhan tersebut tidak diikuti gangguan pada organ tubuh terkait.
c) Hipokondriasis, keterpakuan terhadap kondisi kesehatan. Artinya selalu ada bagian tubuh yang terasa kutrang nyaman, padahal penyakit yang diderita sebenarnya penyakit imajiner. Penderita ini akan mengunjungi beberapa dokter untuk berkonsultasi.
d) Anxiety, rasa cemas dan takut yang berlanjut dan dapat menyebabkan berbagai gangguan fisik. Orang dengan tipe ini memiliki apa yang disebut kondisi ketegangan mental kronis. Bisa dalam bentuk takut naik lift/eskalator, keramaian, seks, gila, dan lain-lain. Ia kehilangan rasa aman, tidak pernah mampu untuk rileks, dan selalu berada dalam kondisi kelelahan mental berlanjut. Kesemuanya itu berpangkal pada rasa rendah diri yang sangat intens.

Penderita neurotik dapat disembuhkan melalui upaya menunjukkan motif bawah sadar dari keluhan fisik dan penyakit imajiner tersebut dan menginterpretasi apa yang sebenarnya ingin ia ungkapkan melalui penyakitnya itu, serta menemukan tujuan sebenarnya dari munculnya gejala penyakit tersebut.

Pada galibnya kita semua adalah orang yang sedikit neurotik, namun karena kita lebih sering menyibukkan diri dengan keanehan perilaku orang lain, kita akhirnya menjadi orang yang mengabaikan kebutuhan untuk memperbaiki diri. (eman/gizi.net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar